PENYULIT PERSALINAN KALA 2
Kata
Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah Askeb II yang berjudul ”Penyulit Kala II Persalinan
Pada Ibu dan Janin” ini dengan lancar.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Askeb II.
Saya berharap, dengan membaca ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, untuk menambah wawasan saya dalam mata kuliah ini, khususnya
bagi panyusun. Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman dalam pembuatan
makalah berikut nya. Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
Bukittinggi, 18 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………...…….……….1
DAFTAR ISI………………………………………………………….…………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang……………………………………………………........3
1.2
Rumusan masalah………………………………...……………..…......4
1.3
Tujuan………………………………………………...…………..…...4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pada Janin
A. Letak Sungsang..................…………………….…….....…….…..4
B. Distosia
Bahu...................…………………………....….............8
C. Letak Muka………………………………………………………10
D. Gemelli (Kehamilan Ganda)…………………………………….13
2.2 Pada Ibu
A. Panggul Sempit...........……………………………………...……17
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………..………………………….………...19
3.2
Saran…………………………………………………….…….…..….19
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Persalinan
dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaranjanin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42
minggu), lahir dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2008, p.100).
Partus
biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah prose lahirnya bayi pada LBK
(letak belakang kepala) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Purwaningsih, 2010, p.167-168). Namun ada juga penyulit dalam persalinan yaitu
distosia bahu.
1.2
Rumusan
masalah
1. Apa penyulit kala II pada ibu?
2.
Apa penyulit kala II pada janin?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa penyulit kala II pada ibu.
2.
Untuk mengetahui
apa
penyulit kala II pada janin.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
PADA
JANIN
A. Letak
Sungsang
a. Definisi
Letak
sungsang adalah bayi dengan presentasi bokong, dimana bayi letaknya sesuai
dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong
merupakan bagian terbawah (didaerah pintu atas panggul/sympisis).
b. Etiologi
Letak
janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tankai yang terlipat lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, janin frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentsi kepala. Factor-faktor lain yang memegang
peranan dalam terjadinya letak sungsang di antaranya ialah multipartas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit.
Kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan
bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus.
c. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam letak sungsang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin
tumbuh dengan cepat dan air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong
dipaksauntuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri, sedangkan kepala berada pada ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi.
d. Gambaran
Klinis
Data subyektif:
1. Ibu
mengatakan terasa penuh dibagian atas perut
2. Ibu
mengatakan gerakan janin terasa lebih banyak dibagian bawah
Data obyektif:
Pada pemeriksaan luar dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang
keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba difundus uteri. Kadang- kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi
bokong tidak dapat digerakkan seperti kepala semudah kepala. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada
umbilicus. Pada pemeriksaan dalam setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih
jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossisski,
dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus diberikan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga
kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang
teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke
dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi
bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada
presentsi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kai di samping bokong.
e. Mekanisme
Persalinan
Bokong masuk kedalam rongga dengan garis
pangkal paha melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi
putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha
menepati diameter anteposterior dan trokenter depan berada di bawah simfisis.
Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga trokanter belakang
melewati penerineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di
posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu paksi atas panggul dengan garis
terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada
multiparitas dengan riwayat obstetric yang baik, tidak selalu menjamin
persalinan dalam letak sungsang akan
berlangsung lancer, sebab janin yang besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun
ukuran panggul normal.
f. Penatalaksanaan
Selama proses persalinan, resiko ibu
dan anak jauh lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi
belakang kepala.
1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu
dilakukan penilaian secara cepat dan cermat mengenai: keadaan selaput ketuban,
fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ
dan kualitas his dan kemajuan persalinan.
3. Persiapan tenaga penolong persalinan
– asisten penolong persalinan – dokter anak dan ahli anaesthesi.
Tehnik pertolongan sungsang spontan
pervaginam (spontan BRACHT )
1. Pertolongan dimulai setelah bokong
nampak di vulva dengan penampang sekitar 5 cm.
2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m
dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya fase cepat dalam persalinan
sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.
3. Dengan menggunakan tangan yang
dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian belakang pangkal paha dan
empat jari-jari lain berada pada bokong janin
4. Pada saat ibu meneran, dilakukan
gerakan mengarahkan punggung anak ke perut ibu (gerak hiperlordosis) sampai
kedua kaki anak lahir.
5. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan paha
bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin
6. Dengan pegangan tersebut, dilakukan
gerakan hiperlordosis dilanjutkan (gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu)
sedikit kearah kiri atau kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak.
7. Gerakan hiperlordosis tersebut terus
dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
8. Pada saat melahirkan kepala, asisten
melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin
9. Setelah anak lahir, perawatan dan
pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan spontan pervaginam
pada presentasi belakang kepala.
B.
Distosia
Bahu
a. Definisi
Distosia
bahu merupakan penyulitan pada persalinan yang diakibatkan karena bahu yang
lebar sehingga dapat menghambat kemajuan persalinan menjadi lama.
b. Etiologi
1. Janin
besar
2. Diabetes
maternal
3. Kehamilan
lewat waktu
4. Riwayat
obstetri bayi besar
5. Obesitas
maternal
6. Disproporsi
sefalopelvi
7. Kala
II memanjang
c. Tanda-Tanda
Distosia Bahu
1. Kepala
seperti tertahan di dalam vagina
2. Kepala
lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
3. Sebagian
kepala keluar saat ibu meneran kuat tapi kemudian kembali ke dalam vagina
setelah meneran selesai.
d. Syarat
Untuk Dilakukan Persalinan Pervaginam
1.
Kondisi vital ibu cukup memadai
sehingga dapat bekerja sama untuk menyelesaikan persalinan
2.
Masih memiliki kemampuan untuk
mengedan
3.
Jalan lahir dan pintu bawah panggul
memadai untuk akomodasi bayi.
4.
Bayi masih hidup atau diharapkan
dapat bertahan hidup
5.
Bukan monsterum/kelainan kongenital
yang menghalangi keluarnya bayi.
e. Cara
Untuk Mengeluarkan Distosia Bahu
1. Membuat
episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan
memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta
ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang. Meminta bantuan 2 asisten
untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
3. Dengan
memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi:
1) Melakukan
tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Catatan: hindari
tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibatkan trauma pada
fleksus brakhialis.
2) Meminta
seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah bawah pada
daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan: jangan menekan
fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan
ruptur uteri.
4. Jika
bahu masih belum dapat dilahirkan:
1) Pakailah
sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan ke dalam
vagina.
2) Lakukan
penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum bayi untuk
memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
3) Jika
diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5. Jika
bahu masih belum dapat dilahirkan:
1) Masukkan
tangan ke dalam vagina.
2) Raih
humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku,
gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan untuk bahu depan agar
dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
6. Jika
semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain:
1) Patahkan
klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
2) Lakukan
tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.
C.
Letak Muka
a.
Defenisi
Letak muka adalah letak kepala
tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendahialah
muka. Letak ini merupakan letak defleksi yang paling maksimal. Jadi oksiput dan
punggungberhubungan rapat. Muka terlihat kebawah, hal ini jarang terjadi,
kira-kira 0,27 sampai 0,5%, posisi ditentukan oleh dagu (mento), jadi ada
posisi :
1)
Left Mento Anterior (LMA) = dagu kiri depan.
2)
Right Mento Anterior (RMA) = dagu kanan depan.
3)
Left Mento Posterior (LMP) = dagu kiri belakang.
4)
Right Mento Posterior (RMP) = dagu kanan belakang.
b.
Etiologi
Karena adanya sebab yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala dan yang menyebabkan defleksi kepala.
Penyebab yang terpenting ialah paggul sempit dan anak yang
besar. Secara lengkap dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1) Letak muka primer
Disebabkan oleh adanya kelainan pada
anak dan tak dapat diperbaiki, seperti struma kongenitalis, kelainan tulang
leher, lilitan tali pusat yang banyak dileher, meningokel, anensefal dan anak
lahir besar.
2)
Letak muka sekunder
Anak normal, namun ada kelainan,
seperti panggul picak, siding perut kendor hingga rahim jatuh kedepan,
bagian-bagian yang menumbung dan hidramnion. Letak defleksi mungkin juga dapat
terjadi karena tonus otot-otot ekstensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot
fleksor. 11
c.
Diagnosis
Meskipun pemeriksaan abdomen dapat memperkirakan
kemungkinan presentasi muka, diagnosa klinisnya harus ditentukan pemeriksaan
pervaginam. Melalui pemeriksaan pervaginam, gambaran muka yang dapat dibedakan
adalah mulut serta hidung, tulang-tulang pipi dan sebagian tulang orbita. Kita
dapat keliru membedakan presentasi bokong dengan presentasi muka. Anus dapat
keliru dengan mulut dan tuberositasiskii keliru dengan prominensia zigomatikus
(tonjolan tulang pipi). Anus bayi harus berada satu garis lurus dengan
tuberositas iskii, anus tidak menghisap dan biasanya keluar mekonium, sedangkan
mulut bayi dengan keduatonjolan pipi membentuk sudut-sudut sebuah segitiga dan
mulut bayi bisa menghisap. Hasil pemeriksaan radiografi menunjukan kepala bayi
dalam posisi hiperektensi dan tulang-tulang muka yang berada pada atau
sedikit di bawah pintu atas panggul merupakan gambaran yang cukup khas.
d.
Mekanisme Persalinan
1)
Mula-mula terjadi penempatan dahi, kemudian defleksi
bertambah.
2)
Garis muka dan letak muka.
3)
Mulut tampak lebih dahulu divulva, dengan leher atas
sebagai hipomoklion kemudian terjadi gerakan fleksi, maka lahirlah
berturut-turut hidung, mata, dahi, UUB dan UUK.
4)
Lingkaran kepala pada letak muka adalah : planum trach
parietal sama dengan 36 cm.
5)
Persalinan akan berlangsung lebih lama, tetapi 80%
akan terjadi persalinan spontan.
e. Komplikasi Terhadap Ibu dan Janin
Pada umumnya persalinan
pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan
karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia trakeloparietalis
yang hanya sedikit lebih besar daripada sirkumferensia suboksipitobregmatika.
Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan
janin yang besar yang merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut.
Di samping itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat
melakukan dialtasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun
sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas
panggul.
Dalam keadaan
dimana dagu berada di belakang, prognosis menjadi kurang baik bila dibandingkan
dengan dagu di depan, karena dalam keadaan tersebut janin yang cukup bulan
tidak mungkin dapat lahir pervaginam.
f.
Penanganan
Posisi dagu dianterior adalah syarat
yang harus dipenuhi apabila janin presentasi muka hendak dilahirkan
vaginal.Apabila tidak ada gawat janin dalam persalinan berlangsung dengan
kecepatan normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih dahulu hingga terjadi
pembukaan lengkap. Apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih
posterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti persalinan dengan
presentasi debelakang kepala.
Stimulasi oksitosin hanya
diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-tanda diproporsi
melakukan perubahan posisi dagu secara manual kearah anterior atau mengubah
presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, sebaiknya tidak dilakukan
karena lebih banyak menimbulkan bahaya. Melahirkan bayi presentasi muka menggunakan ekstrasi vakum tidak
diperkenankan. Pada janin yang meninggal kegagalan melahirkan vaginal secara
spontan dapat diatasi dengan kraniotonomi atau SC. (Parwirohardjo,
Sarwono,2009. Ilmu kebidanan edisi keempat. Jakarta :PT Bina Pustaka).
D.
Gemelli
a.
Pengertian
Hamil ganda atau hamil dengan dua
janin atau lebih. Sejak ditemukan obat-obat dan cara induksi ovulasi maka dari
laporan-laporan dari seluruh pelosok dunia, prekuensi kehamilan kembar condong
meningkat.
b.
Etiologi
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: bangsa,
umur,dan paritas,seing mempengaruhi kehamilan kembar dua telur.
2.
Faktor obat-obat induksi ovulasi: profertil,clomid,dan
hormone gonadotropin saat menyebabkan kehamilan dizigotikdan kembar lebih dari
dua.
3.
Faktor keturunan
4.
Faktor yang lain yang belum diketahui
5.
Pada palpasi abdomen didapat tiga atau lebih bagian besar
dan/ atau banyak bagian kecil, yang akan semakin mudah diraba terutama pada
trimester ketiga.
6.
Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut
jantung janin yang jelas-jelas berbeda satu sama lain(berbeda lebih dari 10
denyut jantung permenit dan terpisah dari detak jantung ibu).
c.
Jenis-Jenis Gemelli
1.
Gemelli dizigotik (sama dengan kembar dua telur,
heterolog biofulerdan fraternal),kedua telur biasanya berasal dari:
a)
Satu ovarium dan dari dua folikel degraff
b)
Satu ovarium dan dari satu falikel degraff
c)
Satu dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium
kiri.
2.
Gemelli monozigotik (sama dengan kembar satu telur,
homolog, unipuler,identic), dapat terjadi karena:
a) Satu telur
dengan dua inti, hambatan pada tingkat blastula.
b) Hambatan
pada tingkat segmentasi
c) Hambatan
setelah amnion dibemtuk, tetapi sebelum primitif streak.
d. Diagnosis Kehamilan Kembar
1. Anamnesis
a) Perut
lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua kehamilan
b) Gerakan
janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c) Uterus terasa lebih cepat besar
d) Pernah hamil kembar atau ada riwayat
keturunan kembar.
2. Inspeksi dan
Palpasi
a) pada
pemeriksaan pertama dan ulangan kesan lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya
dari biasa
b) Gerakan-gerakan janin tersa lebih sering
c) Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak.
d) Teraba ada 3 bagian besar janin.
e) Teraba ada dua ballotemen.
3. Auskultasi
Terdengar ada dua denyut jantung janin dua yang agak
berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau bila
dihitung dengan bersamaan terdapat selisih 10
4. Rontgen foto
abdomen
Tampak gambaran dua janin
5. Ultrasonografi
Bila tampak
dua janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah ditentukan pada triwulan
pertama.
6. Elektrokardiogram
total
Terdapat
gambaran dua EKG yang berbeda dari dua janin.
7. Reaksi
kehamilan
Karena pada
hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada dua plasenta,produksi HCG akan
tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bias fositif, kadang-kdang bias sampai
1/200.
e.
Pengaruh Terhadap Ibu dan Janin
1.
Terhadap ibu
kebutuhan akan zat-zat bertambah,
sehingga dapat menyebabkan anemia dan defiseinsi dan zat-zat lainnya
a)
kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 x lebih
besar
b)
frekuensi pre-eklampsi dan eklampsi lebih sering
karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak nafas,sering miksi,serta terdapat
odem dan varises pada tungkai dan vulva.
c)
Dapat terjadi inersia uteri,perdarahan postpartum, dan
solusio plasenta sesudah anak pertama lahir.
2.
Terhadap Janin
a)
Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya
jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemelli:50% pada triplet ; dan
75% quadruplet,yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan.
b)
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio
plasenta,maka engka kematian bayi kedua tinngi
c)
Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan
mempertinggi angka kematian janin.
f.
Penanganan dalam Persalinan
1.
bila anak pertama letak membujur, kala 1 diawasi
seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan episiotomy mediolateralis.
2.
Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar,periksa
dalam untuk menentukan keadaan anak kedua.
3. Biasanya
dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua membujur, ketuban
dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir deras keluar.
4.Waspadalah atas kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis
5.
Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya
melintang atau terjadi operatif obstetrik :
a)
Pada letak lintang coba versi luar dulu,atau lahirkan
dengan cara versi dan ekstraksi.
b)
Pada letak kepala,persalinan dipercepat dengan
ekstraksi vakum atau forceps.
c)
Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau
kaki.
6.
Indikasi seksio sesar hanya pada:
a)
Janin pertama letak lintang.
b)
Bila terjadi prolaps tali pusat.
c)
Plasenta previa
d)
Terjadi interlocking pada letak janin , anak pertama
letak sungsang dan anak kedua letak kepala.
7.
Kala empat dikawasi terhadap kemungkinan terjadinya
perdarahan postpartum: berikan suntikan sintio/metrin yaitu10 satuan sistosinon
tambah0,2mg methergin intravena.
2.2
PADA
IBU
A.
Panggul
Sempit
1. Definisi
Ada 2 definisi panggul sempit, yaitu secara anatomi
dan secara obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran
diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian
secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga
mengganggu mekanisme persalinan normal.
2. Gejala
1. Aprimipara
kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
2. Pada
primipara ada perut menggantung
3. Pada
multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
4. Kelainan
letak pada hamil tua
5. Kelainan
bentuk badan (Cebol, scoliose, pincang dan lain-lain)
6. Osborn
positip
3. Cara
Mengatasi Panggul Sempit Pada Persalinan
Untuk
panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan sedangkan mulai
sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan operasi cesar.
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan
dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu
dalam keadaan baik. Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:
1. Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
2. Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
3. Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
4. Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak
mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat.
5. Forcepe gagal
Dalam
keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kehamilan
kembar merupakan suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau
janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini
sehingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam satu atau
lebih.
Bidan
harus mengetahui cara menangani komplikasi obstetrik dalam perslinan abnormal.
Salah satu penyimpangannya yang dapat diatasi letak sungsang, distosia bahu,
panggul sempit.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan
terutama sesuai dengan profesi kita, kita harus benar-benar mengetahui tentang komplikasi
dan penyulit persalinan kala II.
Saya menyadari banyak
kesalahan dan kekurangan dalam membuat makalah ini, maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran untuk memeperbaiki makalah saya selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Taufan. 2012. Obstetric dan Ginekologi untuk
kebidanan dan keperawatan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Parwirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka
Varney,
Helen, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta : Buku
Kedokteran ECG
Komentar
Posting Komentar