deteksi dini komplikasi masa nifas
Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Askeb IV yang berjudul ”Deteksi Dini
Komplikasi Masa Nifas”
ini dengan lancar. Makalah ini di susun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV.
Kami berharap, dengan membaca ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, untuk menambah wawasan kami dalam mata kuliah ini, khususnya
bagi panyusun. Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman dalam pembuatan
makalah berikut nya. Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
Bukittinggi, 07 April 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………...........…………………………………………........3
1.2 Rumusan masalah…………….......…………………...……………..…......4
1.3 Tujuan……………………………........…………………...…………..…...4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masa
Nifas……………………………………………………..5
2.2 Dua Jam Masa
Nifas……………………………………………………….5
2.3 Enam Jam Masa Nifas……………………………………………………..6
2.4 Enam Hari Masa Nifas…………………………………………………….6
2.5 Enam Minggu Masa Nifas…………………………………………………7
2.6 Komplikasi Masa
Nifas……………………………………………………7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................19
3.2 Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Periode
pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara
fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada
masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta
bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang
cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan
rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul
pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun
menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa
yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi
juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah
atau penyulit Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan
tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan
sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah
penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ
reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan
dan bersalin. Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas,
masa nifas dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas
tertentu.
1.2
Rumusan
masalah
1. Apa saja komplikasi yang terjadi pada dua jam masa nifas?
2. Apa saja komplikasi yang terjadi pada enam jam masa
nifas?
3. Apa saja komplikasi yang terjadi pada enam hari masa
nifas?
4.
Apa saja komplikasi yang terjadi pada enam minggu masa
nifas?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada dua jam masa nifas
2. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada enam jam masa nifas
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada enam hari masa
nifas
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada enam minggu masa
nifas
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Pengertian Deteksi Dini Masa Nifas
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Saleha, 2009,
Wiknjosastro, 2007).
2.2 Dua Jam Masa Nifas
Asuhan
yang diberikan pada 2 jam pertama masa nifas yaitu :
1) Pantau
tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah yang keluar
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
2) Masase
uterus untuk membuat kontaraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang
tidak normal, tingkatkan frekusensi
observasi dan penilaian kondisi ibu.
3) Pantau
temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika
meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
4) Nilai
perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama
dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
5) Ajarkan
ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang
keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
6) Minta
anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju
atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan
baik. Bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI.
7) Lakukan
asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
2.3 Enam Jam Masa Nifas
Asuhan yang
diberikan pada 6 jam masa nifas yaitu :
1)
Mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi
dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut.
3) Memberikan
konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
4) Pemberian
ASI awal
5) Mengajarkan
cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga
bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7) Setelah
bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
2.4 Enam Hari Masa Nifas
Asuhan yang
diberikan pada 6 hari masa nifas yaitu :
1)
Memastikan involusi
uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2) Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
3) Memastikan
ibu mendapat istirahat yang cukup.
4) Memastikan
ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
5) Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
6)
Memberikan konseling
tentang perawatan bayi baru lahir.
2.5 Enam Minggu Masa Nifas
Asuhan yang
diberikan pada 6 minggu masa nifas yaitu :
1)
Menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
2) Memberikan
konseling KB secara dini.
2.6 Komplikasi Masa Nifas
Beberapa wanita setelah melahirkan secara fisik merasakan
ketidaknyamanan terutama pada 6 minggu pertama setelah melahirkan di antaranya
mengalami beragam rasa sakit, nyeri, dan gejala tidak menyenangkan lainnya
adalah wajar dan jarang merupakan tanda adanya sebuah masalah. Namun tetap
saja, semua ibu yang baru melahirkan perlu menyadari gejala-gejala yang mungkin
merujuk pada komplikasi pascapersalinan (Murkoff, 2007)
1) Perdarahan
Post Partum
Dengan tanda
dan gejala secara umum sebagai berikut:
Perdarahan yang membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam waktu satu
atau dua jam, sejumlah besar perdarahan berwarna merah terang tiap saat setelah
minggu pertama pascapersalinan. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih
dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya
dibagi atas dua bagian yaitu: Perdarahan Postpartum Primer (early postpartum
hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir dan perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya antara hari ke-5 sampai ke-15 postpartum (Mochtar, 2002).
Hal-hal yang
menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir,
terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta
seperti kotiledon atau plasenta suksenturiata, endometritis puerperalis,
penyakit darah (Mochtar, 2002, Wiknjosastro, 2007, Saleha, 2009).
Pencegahan
perdarahan postpartum
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah
dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu yang
mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan
untuk bersalin di rumah sakit.
Tanda dan
gejala Perdarahan postpartum:
a.
Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan
segera setelah anak lahir (Atonia uteri).
b.
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir,
uterus berkontraksi dan keras, plasenta lengkap (Robekan jalan lahir).
c.
Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, uterus berkontraksi dan keras (Retensio plasenta)
d.
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap, perdarahan segera (Sisa plasenta).
e.
Sub-involusi uterus, nyeri tekan perut bawah dan pada
uterus, perdarahan sekunder, lokhia mukopurulen dan berbau (Endometritis atau
sisa fragmen plasenta) (Saifuddin, 2007).
Penanganan
Umum perdarahan postpartum:
a.
Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal
b.
Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan
bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan postpartum)
c.
Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan
dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya
d.
Selalu siapkan keperluan tindakan darurat
e.
Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan
apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
f.
Atasi syok
g.
Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan
darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20
IU dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan per menit).
h.
Pastikan plasenta lahir dan lengkap, eksplorasi
kemungkinan robekan jalan lahir.
i.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku
darah.
j.
Pasang kateter menetap dan pantau masuk keluar cairan.
k.
Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik
(Saifuddin, 2007)
2) Infeksi masa
Nifas
Dengan tanda
dan gejala secara umum sebagai berikut :
a. Setelah 24
jam pertama, suhu di atas 370C lebih dari 1 hari. Tetapi kenaikan
suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan (karena
dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih dari 380C pada waktu air
susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan.
b. Rasa sakit
atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di area abdominal bawah usai
beberapa hari melahirkan.
c. Rasa sakit
yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa hari pertama.
d. Bengkak di
tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di tempat insisi
Caesar.
e. Rasa sakit
di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek pada payudara
begitu produksi penuh air susu mulai berkurang yang bisa berarti tanda-tanda
mastitis. Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 380C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kalisehari disebut sebagai
morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu pada masa nifas dianggap sebagai infeksi
nifas apabila tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Saifuddin, 2007).
Infeksi peurperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran
reproduksi selama persalinan atau puerperium (Varney, 2008).
Penyebab
predisposisi infeksi nifas:
a.
Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
b.
Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
c.
Teknik aseptik tidak sempurna
d.
Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan,
khususnya pecah ketuban
e.
Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
f.
Manipulasi intra uteri (misal: eksplorasi uteri,
pengeluaran plasenta manual)
g.
Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti
laserasi yang tidak diperbaiki
h.
Hematoma
i.
Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari
1000 ml
j.
Pelahiran operatif terutama pelahiran melalui seksio
sesaria
k.
Retensi sisa plasenta atau membran janin
l.
Perawatan perineum tidak memadai
m.
Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual
yang tidak ditangani
Organisme infeksius pada infeksi puerperium berasal dari tiga sumber
yaitu organisme yang normalnya berada dalam saluran genetalia bawah atau dalam
usus besar, infeksi saluran genetalia bawah, dan bakteri dalam nasofaring atau
pada tangan personel yang menangani persalinan atau di udara dan debu
lingkungan.
Tanda dan
gejala infeksi nifas:
Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh,
malaise umum, nyeri, dan lokhia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi
dapat terjadi, terutama pada infeksiberat. Interpretasi kultur laboratorium dan
sensitivitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi dan
kolaborasi dengandokter (Varney, 2008).
Tanda dan
gejala infeksi meliputi sebagai berikut: Nyeri lokal, disuria, suhu derajat
rendah jarang, di atas 38,30C, edema, sisi jahitan merah dan
inflamasi, mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan, pemisahan
atau terlepasnya lapisan luka operasi.
Pencegahan
terjadinya infeksi masa nifas:
a.
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat di
jalan lahir. Pada hari-hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini
tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang
berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
b.
Pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama
dibatasi sedapat mungkin.
c.
Setiap penderita dengan tanda-tanda infeksi jangan
dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam masa nifas yang sehat (Winkjosastro,
2007).
Pengobatan
infeksi nifas secara umum:
Antibiotika mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengobatan
infeksi nifas. Sudah barang tentu jenis antibiotika yang paling baik adalah yang
mempunyai khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi penyebab infeksi
nifas. Sebelum terapi dimulai, dilakukan pembiakan getah vagina serta serviks
dan kemudian dilakukan tes-tes kepekaan untuk menentukan terhadap antibiotik
mana kuman-kuman yang bersangkutan peka. Karena pemeriksaan ini memerlukan
waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini
dapat diberikan penicilin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas
(broad spectrum antibiotics) seperti ampicillin, dan lain-lain. Setelah
pembiakan serta tes-tes kepekaan diketahui, dapat dilakukan pengobatan yang
paling sesuai.
Di samping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi
daya tahan tubuh tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan
yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang
cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan
(Winkjosastro, 2007).
Macam-macam
infeksi nifas:
a.
Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka
perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
b.
Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka
vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari ulkus. Penyebaran
dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c.
Servisitis
Infeksi servik juga sering terjadi, akan tetapi biasanya
tidak menimbulkan banyak gejala. Luka servik yang dalam, meluas, dan langsung
ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
d.
Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering adalah endometritis.
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,
dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis
dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta
cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan
terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
e.
Septikemia dan piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh
kuman-kuman yang sangat patogen biasanya Streptococcus haemolilyticus golongan
A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena
infeksi nifas. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan
kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada
vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas implantasi plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika dan/atau vena
ovarii. Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung
kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran
darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, diantaranya
paru, ginjal, otak, jantung, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses di
tempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia
f.
Peritonitis Infeksi nifas dapat menyebar melalui
pembuluh limfedi dalam uterus langsung mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis,
atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan
parametritis (selulitis pelvika).
g.
Parametritis (selulitis pelvika)
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis
atau selulitis pelvika. Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja
(pelvioperitonitis) atau menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum merupakan
komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertiga dari sebab kematian kasus
infeksi.
h.
Mastitis dan abses
Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat
terjadi pada setiap wanita, mastitis semata-mata komplikasi pada wanita
menyusui. Mastitis harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri
payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam payudara.
Organisme yang biasa menginfeksi termasuk S. aureus, streptococci dan
H.parainfluenzae. Cedera payudara mungkin karena memar karena manipulasi yang
kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya
puting susu. Bakteri berasal dari berbagai sumber diantaranya: tangan ibu,
tangan orang yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah
sirkulasi. Sedangkan tanda dan gejala mastitisdiantaranya meliputi: peningkatan
suhu yang cepat dari 39,50C sampai 400C, peningkatan
kecepatan nadi, menggigil, malaise umum, sakit kepala, nyeri hebat, bengkak,
inflamasi, area payudara keras.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan
dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun antibakteri, pencegahan
pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering. Posisi bayi yang tepat pada
payudara, penyangga payudara yang baik tanpa konstriksi, membersihkan hanya
dengan air tanpa agen pengering, observasi bayi setiap hari terhadapadanya
infeksi kulit atau tali pusat dan menghindari kontak dekat dengan orang yang
diketahui menderita infeksi atau lesi stafilokokus. Mastitis yang tidak
ditangani memiliki hampir 10 % risiko terbentuknya abses.
Tanda dan gejala abses meliputi: Discharge puting susu
purulenta, demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil, pembengkakan
payudara dan sangat nyeri massa besar dan keras dengan area kulit berwarna
berfluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi absesberisi pus.
Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah
perburukan. Intervensi meliputi beberapa tindakan higiene dan kenyamanan:
1.
BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
2.
Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan
perawatan payudara
3.
Kompres hangat pada area yang terkena
4.
Masasearea saat menyusui untuk memfasilitasi aliran
air susu
5.
Peningkatan asupan cairan
6.
Istirahat
7.
Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi
stres dan keletihan dalam kehidupannya
8.
Suportif, pemeliharaan perawatan ibu (Winkjosastro, 2007,
Varney, 2008).
3) Infeksi
saluran kencing
Dengan tanda
dan gejala secara umum sebagai berikut: Sulit berkemih, rasa nyeri atau
terbakar saat berkemih, sering merasakan keinginan untuk kencing dan hanya
keluar sedikit, air kencing sedikit dan/atau berwarna keruh. Kejadian Infeksi
Saluran Kencing pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan
hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan,
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau
kateterisasi yang sering . Sistisis biasanya memberikan gejala berupa: nyeri
berkemih (disuria), sering berkemih, tak dapat menahan untukberkemih, demam biasanya jarang terjadi, adanya retensi urine pasca persalinan umumnya
merupakan tanda adanya infeksi (Saleha, 2009).
Pielonefritis
umumnya memberikan gejala yang lebih berat diantaranya: demam, menggigil,
perasaan mual muntah, selain disuria dapat juga terjadi piuria dan hematoria.
Pengobataninfeksi saluran kencing adalah dengan antibiotik yang terpilih
meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamid, trimetropin, sulfametaksazol,
atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobakterial
terhadap golongan penisilin. Pielonefritis membutuhkan penanganan yang lebih
awal, pemberian dosis awal antibiotik yang tinggi secara intravena, misalnya
sefalosporin 3-6 gram/hari dengan atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga
dilakukan kultur urine.
4) Subinvolusi
Uterus
Dengan tanda
dan gejala secara umum sebagai berikut:
a.
Lochia yang baunya sangat tidak enak, seharusnya baunya
sama seperti saat menstruasi
b.
Gumpalan darah yang banyak atau besar (seukuran jeruk
limau atau lebih besar) dalam lokhia
Subinvolusi uterus adalah proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak
berjalan sesuai sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan
terlambat. Tanda dan gejala terjadinya subinvolusi uterus sebagai berikut:
a.
Uterus lunak dengan perlambatan atau tidak adanya
penurunan tinggi fundus uteri
b.
Warna lokhia merah kecoklatan persisten atau
berkembang lambat selama tahap-tahap rabas lokhia diikuti perdarahan
intermiten. Subinvolusi diterapi dengan ergonovin (Ergotrate) atau
metilergonovin (methergine), 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3 hari, ibu
dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika ibu juga mengalami endometritis,
tambahkan antibiotik spektrum luas (Varney, 2009).
5) Tromboflebitis
dan emboli paru
Dengan tanda
dan gejala secara umum sebagai berikut:
a.
Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan
indikasi gumpalan darah pada paru-paru (jangan dikacaukan dengan rasanyeri dada
yang biasanya akibat mengejan terlalu kuat).
b.
Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di
betis atau paha dengan atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika
menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada saluran darah
di kaki. Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti alirandarah di sepanjang
vena dan dan cabang-cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis (Saifuddin,
2007). Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanitapenderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding
vena dan stasis vena. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan tanda dan
gejala sebagai berikut: kemungkinan peningkatan suhu ringan, takikardia ringan,
awitan tiba-tiba nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan
atau saat berdiri, edema pergelangan kaki, tungkai dan paha, tanda homan
positif, nyeri saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh
darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba (Varney, 2008).
Risiko terbesar yang berkaitan
dengan tromboflebitis adalah emboli paru, terutama sekali terjadi pada
tromboflebitis vena profunda dan kecil kemungkinannya terjadi pada tromboflebits
superfisial. Awitan tiba-tiba takipnea, dispnea, dan nyeri dada tajam adalah
gejala yang paling umum. Penanganan meliputi tirah baring, elevasi ekstremitas
yang terkena, kompres panas, stoking elastis, dan analgesia jika dibutuhkan.
Rujukan ke dokter konsultan penting untuk memutuskan penggunaan antikoagulan
dan antibiotik.
6) Depresi
postpartum
Dengan tanda
dan gejala secara umum sebagai berikut:
Depresi yang
mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi, atau yang tidak mereda setelah beberapa
hari, perasaan marah pada bayi terutama jika perasaan itu dibarengi dengan
keingian buruk. Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres
pascapersalinan, terutama pada ibu primipara. Tanda dan gejala yang mungkin
diperlihatkan pada penderita depresi postpartumadalah sebagai berikut: perasaan
sedih dan kecewa, sering menangis, merasa gelisah dan cemas, kehilangan
ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan, nafsu makan menurun,
kehilangan energi dan motivasi untukmelakukan sesuatu, tidak bisa tidur
(insomnia), perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), penurunan atau
peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, memperlihatkan penurunan
keinginan untk mengurus bayinya (Saleha, 2009).
Penyebab
depresi postpartumsendiri belum diketahui secara pasti (Gorrie, 1998). Namun,
beberapa hal yang dicurigai sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi
postpartum adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan hormonal yang cepat. Hormon yang berkaitan
dengan terjadinya depresi postpartumadalah prolaktin, steroid, progesteron, dan
estrogen.
b.
Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy
induced hypertention), diabetes melitus, atau disfungsi tiroid.
c.
Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik
pada diri ibu maupun dalam keluarga.
d.
Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun
ketidakdewasaan.
e.
Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina
hubungan dengan orang lainyang mengakibatkan kurangnya support system.
f.
Marah dengan kehamilannya (Unwanted pregnancy)
g.
Merasa terisolasi\
h.
Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah
keuangan keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit.
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari
ancaman depresi setelah melahirkan: pelajari diri sendiri, tidur dan makan yang
cukup, olahraga, hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan,
beritahukan perasan anda, dukungan keluarga dan orang lain, persiapkan diri
dengan baik, lakukan pekerjaan rumah tangga dan dukungan emosional.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa
nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab
tidak di ketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuanibu
nifas yang mempengaruhi sikap ibu nifas . Dimana yang mempengaruhi sikap dari
ibu nifas yaitu faktor (pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh
kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan agama,factor emosinal) dan juga
konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan.
Peneliti mengadakan kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan kunjungan ulang
masa nifas secara rutin (Notoatmodjo, 2005, Siswono, 2005 : 85).
3.2 Saran
Kepada pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mengenai Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI, 1999. Bidan di Masyrakat, Jakarta
(BA-3)
Meilani,
Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas.
Fitramaya. Yogyakarta.
Syahlan,
J.H, 1996. Kebidanan Komunitas.
Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan, Jakarta.
Syafrudin
dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas.
EGC. Jakarta.
Varney
H, Varneys Midwifery, Jones & Bartlet Publisher, London S:1997 (BA-1)
Lampiran…
Komentar
Posting Komentar